Sulit Ganti Peranan Nasi di Indonesia
Semakin tingginya permintaan beras di pasar domestik, adalah kesulitan yang dihadapi di tengah program diversifikasi pangan pemerintah. Kementerian Pertanian Indonesia akan mengarahkan program diversifikasi pangan untuk meningkatkan konsumsi protein, baik protein nabati maupun hewani, yang di kalangan masyarakat saat ini dinilai masih rendah.Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Sabtu (21/7) lalu, mengutarakan bahwa diversifikasi pangan tak hanya sekadar mengganti beras dengan komoditas sumber karbohidrat lain nonberas.
"Saya yakin dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, kemampuan untuk juga mengonsumsi berbagai pangan sumber protein, seperti daging dan telur, meningkat," katanya.
Suswono mengakui, untuk mengubah karbohidrat dari beras ke nonberas tidaklah mudah, apalagi hampir sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengonsumsi beras. Bahkan, malah ada wilayah yang dulunya mengonsumsi makanan pokok nonberas, tetapi kini lebih memilih beras untuk mendapatkan sumber karbohidrat.
Ia mengungkap, masyarakat Papua dan Maluku yang semula makanan pokoknya sagu, kini sebagian memilih beras. "Demikian juga dengan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang semula makanan pokoknya jagung, sekarang sebagian lebih senang mengonsumsi beras," ujar Suswono.
Menurut pengamat pertanian agribisnis dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Leta Rafael Levis, di NTT yang 80 persen masyarakatnya petani, nasi dianggap merupakan makanan yang bermartabat. Pangan lokal lainnya seperti jagung, umbi-umbian, kacang, masih dianggap merupakan pangan yang bila dikonsumsi menurunkan martabat.
Pemerintah mempunyai target dalam mengurangi konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun, serta menggenjot produksi padi agar mencapai target surplus beras 10 juta ton di tahun 2014.
0 komentar:
Posting Komentar