Minggu, 15 Juli 2012

Penyelam Pemberani Gannet

Jago menyelam tetapi kikuk saat mendarat, induk penyayang namun tetangga yang galak--burung gannet utara berlimpah kontradiksi. Lama terikat dengan budaya maritim, burung ini sekarang berkembang biak pesat di sejumlah koloni yang padat di sekitar Atlantik Utara.

Lima belas meter di atas Laut Utara yang kerap dilanda badai, sekelompok burung me­layang bersama. Saat hujan deras tiba, burung tersebut turun secepat kilat. Mereka menukik, sekelompok burung berbentuk trisula putih, menghunjam ke dalam ombak dengan hantam­an dan deburan keras. Beberapa saat kemudian mereka mengambang ke permukaan air, dengan ikan di dalam tenggorokannya. Mereka mengguncang kepala, menyeruak dari dalam air dengan sayap sepanjang dua meter, dan men­julang ke sarang di sisi tebing. Mereka mendarat dengan kikuk dan bertengkar dengan nyaring.

Satwa ini adalah burung gannet utara, pelaut yang mampu terbang jauh dan berlabuh sesuai musimnya, membentuk koloni yang penuh sesak. Sains menunjukkan, burung bernama ilmiah Morus bassanus ini memiliki penampilan bak persilangan camar dengan elang laut. Gannet—tampak elegan saat meluncur di angkasa dan tak berdaya di daratan—adalah unggas angkuh sekaligus anggun, teritorial dan lembut, dramatis dan jenaka. Mengikuti istilah yang diberikan naturalis Skotlandia, Kenny Taylor, “burung yang kontras.”

Pada 1913, perburuan selama sekian abad telah menyusutkan jumlahnya. Dahulu diper­kirakan cukup besar, mungkin hingga mencapai 100.000 ekor. Setelah seratus tahun berada dalam perlindungan, gannet menjadi salah satu cerita kesuksesan besar konservasi. Kini, terdapat 40 koloni di sekeliling pelabuhan Atlantik Utara dengan sekitar 400.000 sarang, ditambah puluhan ribu burung remaja dan individu yang belum mampu berkembang-biak.

Sebuah koloni yang besar berada di Hermaness, cagar alam di utara Shetland. Tempat ini adalah daerah paling utara di Inggris—di ujung dunia. Dengan tebing gneiss setinggi 150 meter di atas ombak yang bergolak dihiasi dengan pulau karang melengkung, lokasi ini kental dengan mitos. Saat mencapai tempat itu, dataran basah sekian kilometer panjangnya yang Anda lewati berubah menjadi jurang laut dan langit, tempat angin dan ombak memekik serta meraung.

Burung gannet mulai bersarang di tempat ini pada 1917. Saat musim panas, bulu mereka berguguran. Lokasi sarang favorit terletak di bagian tengah. Setelah ditempati, sarang itu dipertahankan dengan taruhan nyawa dan paruh yang mematikan.

Untuk mendapatkan sarang, dua jantan ber­tarung, beradu paruh dan saling menusuk, hingga satu jam lamanya. Saat pertarungan itu berakhir, salah satu gannet beranjak pergi; lainnya mendapatkan rumah. “Burung itu sangat setia dengan sebuah sarang begitu me­nempatinya,” kata Stuart Murray yang sudah mengamati gannet selama empat dasawarsa. “Mereka menarik pasangannya, bertelur, lalu berpikir, Bingo! Aku telah melakukannya!”

Setiap musim mereka menghasilkan sebutir telur, polos dan putih seperti telur angsa. Kedua induk bergantian mengeraminya dan, setelah enam minggu, memberi makan anakan yang baru muncul—anakan mungil, telanjang, dan kurus. Setelah tiga bulan, anakan itu menjadi burung berbulu putih yang halus, lalu menjadi remaja berbulu abu-abu. Makan dua kali sehari membuatnya membesar dengan cepat; kepakan sayap yang bersemangat memperkuat ototnya.

Gannet memiliki ciri khas yaitu perilaku makan spektakuler yang mewajibkannya untuk terjun dan menyelam. Kita pun melihat mengapa nelayan sejak lama mengandalkan mereka sebagai pengintai lokasi. Memang, hubungan manusia - gannet telah terbentuk sekian abad yang lalu. John Daniels, yang memotret penerbangan pertama Wright bersaudara, berkata bahwa Orville dan Wilbur “mengamati burung gannet dan meniru pergerakan sayap mereka dengan tangan dan lengannya.” Namun, seperti kebanyakan burung laut, gannet setiap hari selalu menantang lautan dan cuaca. Bahkan pada zaman sekarang saat terdapat perlindungan dan sumber makanan yang melimpah, kata Murray, “menjalani kehidupan sebagai seekor gannet seolah-olah mendapat pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi.”

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar